Tak Pasti
Tentang rindu yang terus membuatku merasa candu. Pagi ini ku teguk kopi good day favoritku, sedikit pahit tapi nikmat. Kopi selalu berbicara bahwa kamu tidak akan menikmati kopi kalau masih tidak mampu menikmati pahit. Seperti hidup, tidak ada hidup yang indah kalau hanya mau manisnya saja. Bagaimana mungkin kita akan berkembang kalau merasakan pahit saja tak mampu? Come on, tetap berada di zona nyaman itu tidaklah membuatmu sukses. Seperti cinta, percaya tidak percaya dalam sebuah hubungan pasti ada titik jenuh. Selalu ada orang baru yang datang dengan sejuta canda dan tentu lebih asyik darinya. Semua itu sebenarnya hanya akan merasa asyik ketika kamu sedang merasa jenuh dengannya. ILUSI. Percaya padaku, tidak semua orang yang hadir dalam hidupmu adalah untuk mengisi hatimu terkadang mereka hanya mencari seseorang untuk menghilangkan sepi. Oleh karena itu, seharusnya kamu pandai pandai memilih orang yang datang sehingga kamu tahu harus menyuguhkan kopi atau hati. Atau, dia akan merusak hubunganmu dengannya hanya karna kamu merasa dia lebih perduli dan menyenangkan. Padahal dia hanya sedang menghilangkan sepi dan singgah sebentar saja.
Diumurku yang sudah menginjak 20th, aku merasa bahwa sebuah hubungan itu perlu kedewasaan dan keseriusan. Rasanya aku sudah lelah dengan cinta, saat ini yang terpikirkan dalam benakku hanya karir dan karir. Semenjak aku putus dengan kekasihku, aku belum menemukan seseorang yang kuanggap baik. Sempat aku dekat dengan cinta pertama ku kembali, memang cinta pertama namun kami belum pernah menjalin hubungan. Aku sayang sama dia memang, 6 th berlalu aku masih menyimpan rasa dan cinta itu belum kelar sampai saat ini. Tapi yang aku tahu, aku tak pernah nyaman dengannya. Entahlah, dia terlalu angkuh menurutku cueknya berlebihan. Kami bersahabat semenjak kelas 1 SMA. Sahabat? Haha iyaaaaaa, dia suka curhat padaku begitupun aku, tapi tidak untuk saat ini. Dia kembali menghubungiku setelah 3th silam, dia mengajakku bertemu. Ya Tuhan, betapa bahagianya beberapa bulan lalu ketika seorang yang tidak terpikirkan oleh benakku setelah lulus SMA, dia mengajakku pergi. Kurang lebih 3 bulan kami saling bertukar kabar melalui pesan whatsapp. Tapi, semakin kesini semakin kurasa ada yang berbeda dengan dia. dia semakin menjauh atau aku yang semakin menjauh, aku tak paham. Memasuki bulan ke 4, aku putuskan untuk move on lagi darinya karna aku tidak mau dipermainkan, lagi.
Aku mulai mengenal cinta ketika SMA. Aku pernah pacaran dengan laki laki berprestasi dan aku selalu diberi kunci jawaban ketika ulangan fisika, haha. Aku juga pernah pacaran dengan seorang playboy kelas kakap di SMA ku dan dia jagoan di SMA dan jangan ditanya nakalnya, sama kaya iqbaale di film dilan. Aku juga pernah pacaran dengan orang yang ganteng bgt anjir, dia adalah mantanku paling ganteng tapi dia mutusin aku karna dia merasa ga seimbang sama aku, haha kurang PD dia. Kalau dibahas tentang mantan tidak akan ada habisnya. Menurutku masalalu adalah kenangan bukan untuk diulang, sebagai pelajaran dan jangan sampai jatuh ke lubang yang sama. Dan kini mereka semua adalah temanku tidak kurang dan tidak lebih, karna pada kenyataanya kita memiliki jalan masing". Kembali ke poin pertama, bahwa hidup pasti ada pahitnya. Setelah putus pasti sedih, kecewa dan sebagian orang bahkan menangis. Tapi, setelah beberapa waktu pasti akan ada orang baru yang datang dan menyembuhkan luka lama.
Bulan ke 4, sungguh berat. Aku tidak tahu harus melupakan dia dengan cara apa, karna bagaimanapun dia adalah temanku. Ketika aku yakin akan melupakan dia, dia kembali mengirim pesan padaku. Sungguh dia merusak fokusku. Sampai pada akhirnya aku dikenalkan oleh temanku dengan seseorang, sungguh aku awalnya ragu dan sama sekali tidak yakin. Akhirnya aku mengenalnya, awalnya kupikir aku tidak nyambung dengannya dan aku tak tahu harus bercerita tentang apa. So awkward, karna aku bukan wanita yang cerewet kalau sama orang baru. Tapi, ternyata dia mampu membangun suasana sampai aku benar benar nyaman didekatnya. Kami masih seumuran beda setahun tapi kurasa dia jauh lebih dewasa dariku, dia jago masak loh, siapa sangka seorang prajurit jago masak. Kami tidak menjalin hubungan seperti pacaran, karna memang aku tidak sedang ingin pacaran dan aku sedang memantaskan diri untuk masa depanku. Kami LDR 440km dengan jarak tempuh 10 jam. Entah, dia sudah seperti kakakku saudaraku temanku sahabatku bahkan terkadang kami seperti orang pacaran. Hampir setiap hari kami Video Call dan selalu, karna dia tidak mau kalau via telp biasa. Dia sudah kenal dengan ayah dan ibuku dan ayahku sudah mengetahui latar belakangnya jadi aku tidak khawatir apapun dengan dia. Dan sesekali aku cerita pada orang tuaku tentang dia, ternyata hubungan yang diketahui orang tua itu asyik. Tapi sayangnya, kami hanya berteman. Tapi aku beruntung dan sangat sangat beruntung memiliki teman sepertinya, dia tampan? ya. Dia rajin? Pasti, bagaimana tidak kalau jam setengah 4 dia harus sudah mandi. Dia Sholeh? Jelas, dia hafal beberapa surat yang aku tidak hafal, apalagi dia hafal artinya dan beberapa kali aku diajaarinya bahasa arab. Idaman? banget. Dan satu lagi dia prajurit, Negara saja dia lindungi apalagi perempuan yang dicintainya. Hehe
Tidak selamanya hubungan tanpa status itu perih, bahagia itu tergantung bagaimana kita menyikapi sebuah situasi. Aku bersyukur dengan semua orang yang pernah hadir dalam hidupku, baik meninggalkan luka atau bahagia. Yang jelas, karna merekalah aku bisa berada pada posisi ini, posisi dimana aku memiliki berbagai pengalaman pahit dan manis, yang baik diterapkan yang uruk dibuang. Tuhan itu baik, karna sudah menghadirkan beberapa orang berbagai karakter hadir dalam hidup. Luka lama pasti akan sembuh, Tuhan sudah menjaminnya.



0 Comments