Restu Orang Tua
2 tahun kita bersama kukira aku akan menjadi pilihan terakhirmu, ternyata tidak. Hehe
Meninggalkanmu tidak kusesali, mengapa? Karna aku berfikir awalnya, kamu akan meyakinkan ku bahwa kita bisa melewati masalah ini bersama. Yaa bersama, aku terlalu lelah untuk berjuang sendiri. Aku memang mandiri, tapi aku tidak sebodoh itu untuk tetap berada pada sebuah hubungan toxic yang jelas jelas kamu tidak mau memperjuangkannya.
Ingatkah kamu pernah mengatakan padaku "Ketika umurku 27th, kita menikah." Haha macam mana pula aku sepercaya itu padamu, seperti anak kecil yang dijanjikan beli ice cream kemudian lupa? Tidak, aku tidak sebodoh itu. Taukah kamu, kaulah curahan hati ini disaat aku lelah dan sepercaya itu aku padamu. Aku mencintaimu? Ya, jawabanya adalah iya. Lantas mengapa aku melepasmu? Kau masih mau menanyakan itu? Apakah kamu bodoh? Atau kamu berpura pura untuk bodoh?
2 tahun bukan waktu yang singkat sayang. Seberapa berjuangnya aku menunggu kabarmu selama 7 bulan untuk pendidikan dan aku masih setia, ah aku saja yang bodoh inimah. Hehe. Secara finansial pun apakah aku pernah merugikan kamu? Coba kamu hitung lagi sayang. Aku hanya memintamu untuk setia dan bertanggung jawab. Tapi ternyata hal sepele saja kamu tak mampu.
Jauh dilubuk hatiku yang paling dalam ada rasa bimbang yang tak mampu aku ceritakan. Aku sayang sama kamu dan keluargamu, lebih tepatnya terlanjur sayang. Sepeduli itu aku sama mereka, kamu tau sendiri kan? Hehe...
2 tahun berlalu, aku kira hubungan kita baik baik saja. Ternyata aku salah, mama mu lebih menyukai dia. Iya dia, seseorang yang berarti di masa lalumu. Sakit? Tak perlu aku katakan pasti kamu tau jawabanya. Eh tapi kan kamu ga peka, mana tau mana paham. Yasudah lah, biar aku saja yang merasakan seberapa dalam rasa sakit ini. Mungkin, luka terkena pisau memang perih tetapi masih bisa sembuh. Jika hati yang tersayat, akan kah sembuh? Ya kecuali kesabaran dan keikhlasan yang seluas samudra pasifik. Aku akan berusaha meluaskannya...
Sayang, jika ada masalah untuk masa depan itu dibicarakan bersama dicari solusi bersama. Jika kamu memang berniat serius untuk membawa hubungan kita ke arah pernikahan. Atau memang kamu masih memiliki perasaan padanya? Aku kah pelampiasan? Memanfaatkan perasaan ini? Terimakasih, karna kamu aku bisa menulis malam ini.
Pernikahan itu hal yang sakral. Jika kamu memang tak berniat, tolong lah jangan memberi harapan kepada perempuan. Sekali lagi tolong, jangan lakukan itu. Pernikahan tak hanya menyatukan 2 hati, tapi menyatukan 2 keluarga. Saling menyayangi, mencintai, menghormati dan saling peduli, bukan?
Apakah kamu berfikir "Kamu ga mau berusaha mengambil hati mamaku." Hei sayang, itu mama kamu. Kamu saja tak mampu mengambil hatinya untuk memilih aku, apalagi aku? Orang asing, orang baru dan jarak kami tidak bisa ditempuh 1 jam saja. Sampai sini paham? Se egois itukah kamu? Tak apa, penyesalan datang belakangan. Tapi, suatu saat nanti ketika kamu menyesali keadaan saat ini, mungkin sudah tak sama. Perasaan akan berubah seiring berjalannya waktu. Mungkin, aku bisa saja saat itu bertahan tapi aku akan terus terluka dan berdarah. Aku tak mampu, maaf.
Sayang, jika kamu membaca cerita ini aku berpesan cukup aku saja yang merasakan betapa patahnya hati ini...
Aku sudah memaafkan mengikhlaskan dan melepas adalah pilihan terakhirku. Hiduplah bahagia, jangan lupa makan yaa karna aku tak lagi mengingatkanmu untuk menghabiskan makananmu.
Sekali lagi, restu orang tua adalah kunci dari sebuah keharmonisan keluarga. Cubit aku jika aku berbohong tentang ini, hehe. Tak apa 2tahun yang kita bangun hilang begitu saja, sebelum semua terjadi ketika menikah mungkin akan jauh lebih menyakitkan. Aku bersyukur, Tuhan selalu punya cara yang indah untuk kisah cintaku.



1 Comments
wkwkland
BalasHapus