Sepoi-sepoi angin malam ini membuat aku terhanyut dalam pikiran yang terus memikirkan kamu. Entahlah, kenapa kamu terus menghantui dalam pikiranku seperti aku sedang di buru depcollector saja. Hehe, ngomong-ngomong sekarang kamu lagi ngapain ya? Itu pertanyaan yang selalu muncul dalam pikiranku, andai saja kamu tau. Maaf ya, aku terlanjur mencintaimu. Awalnya memang aku hanya pura-pura, tapi ternyata aku terjebak dengan kepura-puraan ku sendiri. Ah, tak mengapa aku tak menyesalinya. Mungkin ini memang sudah jalannya aku mencintaimu. ☺
Terlanjur Mencinta? Ah itu hanya kata kata pembelaan. Sejauh ini aku selalu iri dengan mereka yang bisa bersamamu dan menghabiskan waktu denganmu. Ya, aku memang cemburu tapi aku tak ingin kamu tau. Karena aku terlalu gengsi untuk mengakuinya.
Taukah kamu dengan lagu Tiara yang judulnya "Maafkan Aku #terlanjurmencinta"?
Yaaaa, itu sama dengan judul ceritaku kali ini. Entahlah, lagu ini menggambarkan perasaanku padamu. "Aku tlah tau kita memang tak mungkin, tapi mengapa kita selalu bertemu." Bisakah kamu, tak memberikanku sebuah harapan? Kamu bisa saja menjauh dariku, kamu bisa saja pergi tanpa sepatah kata, kamu bisa menjadi teman biasa yang tidak terus hadir didalam hidupku yang selalu ada didalam chat whatsapp ku. Kamu bisa melakukan itu semua, jika kamu tidak menginginkanku. Aku selalu merindukan kamu, meski aku tau bahwa kamu adalah luka yang kurindu. Sejak beberapa tahun lalu, kamu tetap istimewa dihatiku, kamu seharusnya tau. Kok gitu? Karena aku tidak menyembunyikan perasaanku sama sekali, ya memang aku tak pernah mengungkapkan dengan lantangnya "I love you" "I miss you" "Kangeeen" "Jalan yuk" "Temenin aku yuk". Lagi, kenapa? Karena aku tau bahwa perasaan ini tak terbalas.
"Senyuman itu hanyalah menunda luka, yang tak pernah ku duga"
Kamu membuat semuanya indah sampai aku selalu berangan untuk membuat kisah indah bersamamu. Salahkah aku berharap? Ya ya ya, lagi lagi aku yang salah. Aku salah menaruh harapan, tidak seharusnya aku menodai pertemanan kita dengan cinta? Haruskah aku berfikir seperti itu? Mau sampai kapan mengumpat dibalik laptop mu? Sampai aku benar benar menikah dengan orang lain? Kamu pernah mengatakan "Hey, kamu berhak bahagia. Aku gampang kok." Padahal kamu tau bahagiaku adalah bersamamu. Aku tidak menyalahkan pilihanmu, aku juga tidak akan menuntutmu untuk selalu berada disampingku bahkan aku tau sesibuk apa kamu tetapi aku ingin menjadi seseorang yang selalu ada untuk mendukung kamu mewujudkan mimpi mimpi mu dan mengingatkanmu untuk makan, apakah aku salah?
Maafkan aku yang terlanjur mencinta.


